Minggu, 27 Februari 2011

MESKI bisa menghindari ratusan ton sampah dan menghemat jutaan rupiah, banyak orang tetap mengernyitkan kening saat mendengar kata `cuci ulang' untuk popok dan pembalut. Beberapa mengaku khawatir perihal kebersihan dan kesehatannya.

Mengenai kehigienisan ini, baik Enphilia maupun Ananndapers memang tidak melakukan uji laboratorium semisal terkait keberadaan bakteri di clodi atau pembalut yang telah dicuci.

Namun, berdasarkan pengamatan langsung terhadap clodi maupun pembalut yang telah dicuci, tidak tampak bekas noda ataupun tercium bau.

Iwan Suryolaksono, pemilik Ananndapers, mengatakan hasil tersebut didapat karena penggunaan bahan yang sesuai. Untuk pembalut, Ananndapers menggunakan bahan beludru (velvet) sebagai bahan yang kontak langsung dengan kulit.

"Velvet paling cepat melepas kotoran," ujar Swisse Maharani, istri Iwan sekaligus perintis Ananndapers.

Dengan penggunaan bahanbahan ini, Iwan dan Swisse yakin produk cuci ulang tidak kalah higienis dengan produk sekali pakai.

Beberapa testimoni juga mendukung. Banyak pujian dari ibu yang memiliki anak berkulit sensitif.

Dina Wulan pada Februari 2010 menulis, "Sayang banget baru kenalnya sekarang. Saya kesulitan soal popok karena anak pertama saya ruamnya (bintil merah) parah. Zaman dulu gak ada clodi lokal balita seperti ini." Keunggulan serupa juga dituliskan ibu ber nama Hasty.

Asosiasi Kesehatan Lingkungan Nova Scotia, Kanada, mengatakan alergi karena popok sekali pakai memang kerap muncul. Hal itu bisa dipicu bahan-bahan kimia termasuk gel penyerap dan zat pemutih yang banyak digunakan popok.

Dengan tidak hadirnya zatzat ini pada clodi, reaksi alergi hampir nihil. Situs kesehatan di Amerika Serikat, Healthwyze.
org, pun melaporkan hampir tidak ada laporan alergi dari pengguna clodi bekas pakai.

Mungkin ini pula sebabnya clodi yang berharga Rp24.000Rp70.000 ini sudah memiliki banyak penggemar di berbagai daerah.

Iwan sendiri mengaku produksi per bulannya telah mencapai 10 ribu buah, sedangkan Enphilia berkisar 1.500 buah.

Sudah saatnya gaya konsumsi manusia yang bisa memengaruhi lingkungan secara negatif sedikit demi sedikit diubah. (Big/M-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar